Monday, December 8, 2014

RESENSI NOVEL



Sinopsis Novel BIDADARI-BIDADARI SURGA

IDENTITAS BUKU      :
+  Judul buku             :Bidadari-bidadari surga
+  Pengarang              :Tere-Liye
+  Desain Cover         : Eja-creative I 4
+  Percetakan            : PT Gramedia, Jakarta
+  Penerbit                : Penerbit Republika
+  Kota penerbit        : Jakarta Selatan
+  Tahun terbit                   :2010
+  Jumlah halaman      :368 halaman
+  Cetakan                 : VI
SINOPSIS :
Sebuah keluarga dari pedalaman Sumtera, terselip dibalik rimbunnya hutan sumatera dengan keadaan yang tak teralu menguntungkan, lembah lahambay menjadi tempat dimulainya cerita ini. Mamak Lainuri dan anak tertuanya, laisa atau kak laisa yang dipanggil adik-adiknya, bekerja keras tidak hanya untuk bekal hidup tetapi juga untuk sekolah, sekolah keempat adik-adiknya. Tak seperti penduduk desa lainnya yang tidak tamat sekolah dasar.
Ke empat adiknya Dalimunte, wibisana, ikanuri dan yashinta begitu beruntung memiliki kakak sebaik, setangguh, sekuat kak laisa. Peran laisa untuk keempat adiknya sangatlah berarti, ketika mamak lainuri yang seorang janda yang ditinggal mati sang suami karena diterkam harimau di gunung kewalahan membiayai hidup dan sekolah anak-anaknya, laisa gadis gimbal dan gempal ini rela meninggalkan sekolahnya demi kelangsungan hidup dan biaya sekolah adik-adiknya walaupun pada awalnya mamak menolak kinginan laisa, tetapi laisa tetap memaksa biarlah laisa yang mengalah. Laisa sejak umur 12 tahun membantu mamak bekerja di ladang di tengah panas terik matahari yang membuat kulitnya semakin menghitam. Laisa adalah anak dari mantan suami mamak yang pergi meninggalkannya, walau begitu kasih sayang mamak terhadapnya sama seperti anak mamak lainnya, begitupun laisa menyangi mamak seperti ibu kandungannya sendiri dan menyayangi adik-adiknya seperti sadara kandung.
Laisa tidak hanya membantu mamak mencari uang tetapi juga mengomeli, menyemangat, dan menginspirasi adik-adiknya. Tak pernah lelah laisa untuk selalu mengajarkan adik-adiknya arti kerja keras, sepulang sekolah adik-adiknya wajib membantu mamak dan laisa untuk bekerja diladang, malam harinya tak lupa untuk mengaji kemudian belajar. Laisalah yang mengontrol kegiatan adik-adiknya. Itu semua dilakukan agar ke empat adiknya tidak menjadi pribadi yang manja dan sukses di masa depan.
Dalimunte yang sukses menjadi Ilmuan besar, namanya begitu terkenal tak jarang orang menganalnya. Lembah lahambay memiliki sungai dengan cadas setinggi 5 meter menjadikan anugerah tersebut tak bisa dimafaatkan oleh masyarakat.  Mereka pernah membuat kincir besar untuk mengangkat air sungai tersebut namun sayang hasilnya gagal. Dalimunte, satu-satu warga lahambay yang berhasil duduk di bangku kelas enam SD diam-diam membuat kincir-kincir, saat asyik dengan ‘proyek’nya tersebut, kak laisa yang sedang berjalan pulang melewati sungai bersama adik terkecilnya Yashinta tak sengaja melihatnya. Sontak sang kaka langsung memarahi dalimunte, ia seharunya sekolah malah sekarang berada di sungai pikir laisa dalimunte sedang bermain-main. Yashinta hanya terdiam walau tak tega melihat dalimunte di marah-marahi kak laisa. Yashinta dan kak laisa baru saja pulang dari dalam hutan untuk melihat anak berang-berang yang sangat lucu, yashinta jatuh cinta pertama pada alam hingga saat dewasa ia sukses menjadi ahli konservasi.
Kincir-kincir lah yang akhirnya menjadi pemacu semangat dalimunte untuk menjadi sukses. Saat dalimunte mempresentasikan proyeknya tersebut banyak warga yang menolak tetapi kak liasa yang akhirnya tahu apa yang dilakukan dalimunte saat di sungai, ia membela dalimunte “jika gagal semua akan sia-sia, tapi jika berhasil desa ini tak perlu lagi menggantungkan hidup pada air hujan demi ladang mereka”. Dalimunte merasa kakaknya bak malaikat yang menolong dalimunte.
Pengorbanan laisa yang tanpa pamrih dan cinta yang sangat tulus kepada adik-adiknya memang luar biasa hingga nyawa pun dikorbankan, pengorbanan laisa yang datang bersama dalimunte masuk kedalam hutan atau tepatnya sarang harimau! Karena kedua adiknya wibisana dan ikanuri berniat kabur dari rumah menuju kota, sebelumnya ikanuri telah menyakiti hati laisa dengan mengatakan bahwa ia bukan kakaknya! Laisa hitam dan jelek sedangka ia putih. Tetapi laisa telah memaafkannya.
Saat detik-detik terakhir keduanya akan menjadi santapan harimau laisa datang bersama dalimunte “puyang jangan makan mereka” puyang pergi” laisa menghadang harimau tersebut dan menyuruh dalimunte membawa ikanuri dan wibisana untuk lari. Rupanya Tuhan tidak mengijinkan harimau tersebut untuk membunuh laisa. Laisa yang sebenarnya juga ketakutan tetapi tetap menghadang harimau tersebut. Entah karena kekuatan apa  Harimau tersebut akhirnya pergi.
Setelah dewasa, dalimunte sukses menjadi ilmuan fisika, ikanuri dan wibisana memiliki usaha bengkel di kota, sedangkan Yashinta menjadi Ahli konservasi lingkungan. ketika mereka berempat telah sukses dan tinggal dikota besar
Berat hati mereka ketika waktu untuk menikah datang, sedang Laisa dengan fisik yang tidak ‘sempurna’ belum juga menikah, dalimunte, ikanuri, wibisana dan yashinta keempatnya tidak enak hati untuk ‘melintas’ kak laisa namun pada akhirnya laisa juga yang merasa baik-baik saja, jodoh ada ditangan tuhan kalau sudah jadwalnya ia pasti akan mendapatkan jodohnya, begitu kira-kira.
Ketika mereka sedang bekerja sebuah sms datang, laisa sakit keras, sudah tak tertolong lagi. Waktunya tinggal sebentar. Walau pada akhirnya kak laisa pergi meninggalkan keempat adiknya dan mamak setelah semua pengorbanan dan perjuangannya telah usai, keempat adiknya sukses. Limpahan air mata kesedihan menangis kepergian seorang kakak.


No comments:

Post a Comment