Sinopsis Novel BIDADARI-BIDADARI SURGA
IDENTITAS BUKU :
+ Judul buku :Bidadari-bidadari surga
+ Pengarang :Tere-Liye
+ Desain Cover : Eja-creative I 4
+ Percetakan : PT Gramedia, Jakarta
+ Penerbit : Penerbit Republika
+ Kota penerbit : Jakarta Selatan
+ Tahun terbit :2010
+ Jumlah halaman :368 halaman
+ Cetakan : VI
SINOPSIS :
Sebuah
keluarga dari pedalaman Sumtera, terselip dibalik rimbunnya hutan sumatera
dengan keadaan yang tak teralu menguntungkan, lembah lahambay menjadi tempat
dimulainya cerita ini. Mamak Lainuri dan anak tertuanya, laisa atau kak laisa
yang dipanggil adik-adiknya, bekerja keras tidak hanya untuk bekal hidup tetapi
juga untuk sekolah, sekolah keempat adik-adiknya. Tak seperti penduduk desa
lainnya yang tidak tamat sekolah dasar.
Ke
empat adiknya Dalimunte, wibisana, ikanuri dan yashinta begitu beruntung
memiliki kakak sebaik, setangguh, sekuat kak laisa. Peran laisa untuk keempat
adiknya sangatlah berarti, ketika mamak lainuri yang seorang janda yang
ditinggal mati sang suami karena diterkam harimau di gunung kewalahan membiayai
hidup dan sekolah anak-anaknya, laisa gadis gimbal dan gempal ini rela
meninggalkan sekolahnya demi kelangsungan hidup dan biaya sekolah adik-adiknya
walaupun pada awalnya mamak menolak kinginan laisa, tetapi laisa tetap memaksa biarlah laisa
yang mengalah. Laisa sejak umur 12 tahun membantu mamak bekerja di ladang di
tengah panas terik matahari yang membuat kulitnya semakin menghitam. Laisa
adalah anak dari mantan suami mamak yang pergi meninggalkannya, walau begitu kasih
sayang mamak terhadapnya sama seperti anak mamak lainnya, begitupun laisa
menyangi mamak seperti ibu kandungannya sendiri dan menyayangi adik-adiknya
seperti sadara kandung.
Laisa
tidak hanya membantu mamak mencari uang tetapi juga mengomeli, menyemangat, dan
menginspirasi adik-adiknya. Tak pernah lelah laisa untuk selalu mengajarkan
adik-adiknya arti kerja keras, sepulang sekolah adik-adiknya wajib membantu
mamak dan laisa untuk bekerja diladang, malam harinya tak lupa untuk mengaji
kemudian belajar. Laisalah yang mengontrol kegiatan adik-adiknya. Itu semua
dilakukan agar ke empat adiknya tidak menjadi pribadi yang manja dan sukses di
masa depan.
Dalimunte
yang sukses menjadi Ilmuan besar, namanya begitu terkenal tak jarang orang
menganalnya. Lembah lahambay memiliki sungai dengan cadas setinggi 5 meter
menjadikan anugerah tersebut tak bisa dimafaatkan oleh masyarakat. Mereka
pernah membuat kincir besar untuk mengangkat air sungai tersebut namun sayang
hasilnya gagal. Dalimunte, satu-satu warga lahambay yang berhasil duduk di
bangku kelas enam SD diam-diam membuat kincir-kincir, saat asyik dengan
‘proyek’nya tersebut, kak laisa yang sedang berjalan pulang melewati sungai
bersama adik terkecilnya Yashinta tak sengaja melihatnya. Sontak sang kaka
langsung memarahi dalimunte, ia seharunya sekolah malah sekarang berada di
sungai pikir laisa dalimunte sedang bermain-main. Yashinta hanya terdiam walau
tak tega melihat dalimunte di marah-marahi kak laisa. Yashinta dan kak laisa
baru saja pulang dari dalam hutan untuk melihat anak berang-berang yang sangat
lucu, yashinta jatuh cinta pertama pada alam hingga saat dewasa ia sukses
menjadi ahli konservasi.
Kincir-kincir
lah yang akhirnya menjadi pemacu semangat dalimunte untuk menjadi sukses. Saat
dalimunte mempresentasikan proyeknya tersebut banyak warga yang menolak tetapi
kak liasa yang akhirnya tahu apa yang dilakukan dalimunte saat di sungai, ia
membela dalimunte “jika gagal semua akan sia-sia, tapi jika berhasil desa ini
tak perlu lagi menggantungkan hidup pada air hujan demi ladang mereka”.
Dalimunte merasa kakaknya bak malaikat yang menolong dalimunte.
Pengorbanan
laisa yang tanpa pamrih dan cinta yang sangat tulus kepada adik-adiknya memang
luar biasa hingga nyawa pun dikorbankan, pengorbanan laisa yang datang bersama
dalimunte masuk kedalam hutan atau tepatnya sarang harimau! Karena kedua
adiknya wibisana dan ikanuri berniat kabur dari rumah menuju kota, sebelumnya
ikanuri telah menyakiti hati laisa dengan mengatakan bahwa ia bukan kakaknya!
Laisa hitam dan jelek sedangka ia putih. Tetapi laisa telah memaafkannya.
Saat
detik-detik terakhir keduanya akan menjadi santapan harimau laisa datang
bersama dalimunte “puyang jangan makan mereka” puyang pergi” laisa menghadang
harimau tersebut dan menyuruh dalimunte membawa ikanuri dan wibisana untuk
lari. Rupanya Tuhan tidak mengijinkan harimau tersebut untuk membunuh laisa.
Laisa yang sebenarnya juga ketakutan tetapi tetap menghadang harimau tersebut.
Entah karena kekuatan apa Harimau tersebut akhirnya pergi.
Setelah
dewasa, dalimunte sukses menjadi ilmuan fisika, ikanuri dan wibisana memiliki
usaha bengkel di kota, sedangkan Yashinta menjadi Ahli konservasi lingkungan.
ketika mereka berempat telah sukses dan tinggal dikota besar
Berat
hati mereka ketika waktu untuk menikah datang, sedang Laisa dengan fisik yang
tidak ‘sempurna’ belum juga menikah, dalimunte, ikanuri, wibisana dan yashinta
keempatnya tidak enak hati untuk ‘melintas’ kak laisa namun pada akhirnya laisa
juga yang merasa baik-baik saja, jodoh ada ditangan tuhan kalau sudah jadwalnya
ia pasti akan mendapatkan jodohnya, begitu kira-kira.
Ketika
mereka sedang bekerja sebuah sms datang, laisa sakit keras, sudah tak tertolong
lagi. Waktunya tinggal sebentar. Walau pada akhirnya kak laisa pergi
meninggalkan keempat adiknya dan mamak setelah semua pengorbanan dan
perjuangannya telah usai, keempat adiknya sukses. Limpahan air mata kesedihan
menangis kepergian seorang kakak.
No comments:
Post a Comment